Selasa, 28 Juni 2011

BELUM SELESAI


Pada hari Kamis, 23 Juni 2011, sebanyak 16 dari 23 orang babtisan baru mengakhiri masa mistagogi mereka dengan ibadat sabda yang dipimpin oleh Pst. Yulius H., OSC.

Selesai ibadat dilanjutkan dengan beberapa kesan baik oleh babtisan baru, wali babtis dan pastor paroki, dan pembagian Surat Babtis.

Inilah babtisan pertama dengan sistem baru. Selama satu tahun, para katekumen belajar bersama-sama dengan para wali babtisnya masing-masing. Seorang wali babtis bisa membimbing 1 sampai 3 orang katekumen.

Pembimbingan ini dimaksudkan untuk menghindari sistem seperti pengajaran di kelas. Dengan sistem baru ini diharapkan bukan hanya terjadinya transfer pengetahuan agama saja, tetapi terutama pembimbingan rohani.

Seorang katekumen pada akhir pembimbingan diharapkan telah memiliki kematangan iman, mengalami perkembangan hidup rohani. Ia harus menjadi “manusia baru”. Ia siap dengan tantangan rohani yang membentang di sepanjang sejarah gereja modern.

Mistagogi memang sudah selesai. Surat Babtis sudah diterima, tapi perjalanan iman belum selesai. Ia masih harus mengarungi samudera raya kehidupan sampai sepanjang masa.

Selasa, 26 April 2011

BABTIS

Setelah satu tahun belajar, akhirnya pada malam Paskah, Sabtu 23 April 2011, sebanyak 23 orang katekumen menerima sakramen babtis. 10 orang dipermandikan pada misa jam 18.30 dan 13 orang pada jam 21.30. Dari 13 orang katekumen yang dibabtis pada pukul 21.30 itu 3 orang tinggal menerima inisiasi saja, karena mereka berasal dari Gereja Protestan, dan permandiannya sudah dianggap sah oleh Gereja Katolik.


Pendampingan, pengajaran dan katekisasi telah dilakukan selama satu tahun ini oleh para pendamping, para wali babtis. Inilah model baru yang dijalankan di Laurentius, yaitu dengan model pendampingan. Wali babtis harus mendampingi para katekumen dari awal. Mereka juga harus mengajar, mendampingi, memberi bimbingan rohani sejak seorang katekumen mulai belajar tentang agama katolik.


Seorang pendamping atau wali babtis memberi pendampingan kepada paling banyak 3 orang katekumen. Tidak lebih dari 3 orang untuk menghindari system kelas atau kolosal. Masalah iman bukan hanya masalah ilmu pengetahuan yang diberikan di kelas, tetapi terutama masalah pembimbingan rohani yang kontinyu.


Seorang katekumen yang sejak awal hingga akhir pendampingan tidak mengalami perubahan dalam hidupnya, jelas tidak bisa dibabtis betapa pandainya dia! Perkembangan iman katekumen itu menjadi tanggung jawab wali babtis. Menjadi seorang wali babtis harus menerima pembekalan selama satu tahun juga. Dan pada masa pengajaran dan pendampingan katekumen berlangsung, mereka masih harus menerima pembekalan materi setiap 2 minggu sekali oleh Pastor Paroki.


Dengan tertatih-tatih namun penuh ketekunan, para katekumen dinyatakan “layak” dipermandikan oleh Pastor Paroki. Selamat juga kepada para wali babtis, atas kesuksesannya membimbing para katekumen (seluruh katekumen bisa dibabtis, tak seorang pun yang tertinggal).


Selamat kepada ke 23 orang katekumen.

Gereja menunggu karya Anda semua.

Selamat Paskah 2011.

Senin, 31 Januari 2011

PELANTIKAN PEMAZMUR


Setelah lebih dari satu tahun bertugas sebagai pemazmur, pada hari Minggu, 23 Januari 2011, sekitar 30 orang pemazmur dilantik secara resmi oleh Pst. Yulius pada misa sore itu.


Sebelumnya pemazmur selalu serabutan, biasanya salah seorang dari anggota koor yang sedang bertugas. Mereka yang bertugas sebagai pemazmur pun jarang yang bersedia mengenakan pakaian pemazmur (jubah pemazmur).

Mazmur tanggapan sering kali dihilangkan dan diganti dengan lagu antar bacaan oleh koor. Bait pengantar Injil dibacakan oleh lektor atau oleh pastor, tidak pernah dinanyikan.

Kondisi itulah yang diubah oleh Pst. Bogaartz, osc, sejak lebih dari setahun yang lalu.
Pemazmur harus orang khusus yang ditugasi sebagai pemazmur dan bait pengantar Injil. Orang yang bertugas harus mengenakan jubah pemazmur, dan berbaris bersama petugas liturgi yang lain, dengan urutan barisan: Misdinar, Lektor 1, Pemazmur, Prodiakon, Lektor pembawa Kitab Suci, Frater/Diakon, Pastor.

Pemazmur harus sudah membaca dan paham akan bacaan pertama, bacaan kedua dan Injil. Pemazmur harus latihan sebelum tampil. Latihan diadakan setiap hari Selasa, pk. 18.30 – selesai. Jika tidak bisa latihan tidak boleh bertugas. Jika keadaan memaksa harus bertugas, maka harus hanya dibacakan, tidak boleh dinyanyikan.

Pemazmur tidak terlepas dari lektor. Ia adalah pewarta sabda, justru yang menjadi inti sabda pada hari itu. Maka tidak boleh main-main. Ia harus komit pada diri sendiri, serius dan disiplin tinggi.

Sayang sekali, banyak di antara pemazmur yang hanya bermodalkan senang, rela dan bersedia, sedangkan modal suara dan teknik menyanyikan mazmur dan bait pengantar Injil sangat minim.

Semoga banyak umat St. Laurentius yang berbakat turut menjadi pemazmur ini, sehingga suara barisan para malaikat Tuhan itu sungguh mengantar seluruh umat kepada Sang Sabda itu sendiri.