Upacara Pembebasan |
Penatikan Pertama Dewasa |
Pelantikan Pertama Anak-anak |
Pelantikan Kedua Dewasa |
Rekoleksi, Pratista 9 Juli 2017 |
sebuah perziarahan kehidupan pribadi
Upacara Pembebasan |
Penatikan Pertama Dewasa |
Pelantikan Pertama Anak-anak |
Pelantikan Kedua Dewasa |
Rekoleksi, Pratista 9 Juli 2017 |
Selesai ibadat dilanjutkan dengan beberapa kesan baik oleh babtisan baru, wali babtis dan pastor paroki, dan pembagian Surat Babtis.
Inilah babtisan pertama dengan sistem baru. Selama satu tahun, para katekumen belajar bersama-sama dengan para wali babtisnya masing-masing. Seorang wali babtis bisa membimbing 1 sampai 3 orang katekumen.
Pembimbingan ini dimaksudkan untuk menghindari sistem seperti pengajaran di kelas. Dengan sistem baru ini diharapkan bukan hanya terjadinya transfer pengetahuan agama saja, tetapi terutama pembimbingan rohani.
Seorang katekumen pada akhir pembimbingan diharapkan telah memiliki kematangan iman, mengalami perkembangan hidup rohani. Ia harus menjadi “manusia baru”. Ia siap dengan tantangan rohani yang membentang di sepanjang sejarah gereja modern.
Mistagogi memang sudah selesai. Surat Babtis sudah diterima, tapi perjalanan iman belum selesai. Ia masih harus mengarungi samudera raya kehidupan sampai sepanjang masa.
Setelah satu tahun belajar, akhirnya pada malam Paskah, Sabtu 23 April 2011, sebanyak 23 orang katekumen menerima sakramen babtis. 10 orang dipermandikan pada misa jam 18.30 dan 13 orang pada jam 21.30. Dari 13 orang katekumen yang dibabtis pada pukul 21.30 itu 3 orang tinggal menerima inisiasi saja, karena mereka berasal dari Gereja Protestan, dan permandiannya sudah dianggap sah oleh Gereja Katolik.
Pendampingan, pengajaran dan katekisasi telah dilakukan selama satu tahun ini oleh para pendamping, para wali babtis. Inilah model baru yang dijalankan di Laurentius, yaitu dengan model pendampingan. Wali babtis harus mendampingi para katekumen dari awal. Mereka juga harus mengajar, mendampingi, memberi bimbingan rohani sejak seorang katekumen mulai belajar tentang agama katolik.
Seorang pendamping atau wali babtis memberi pendampingan kepada paling banyak 3 orang katekumen. Tidak lebih dari 3 orang untuk menghindari system kelas atau kolosal. Masalah iman bukan hanya masalah ilmu pengetahuan yang diberikan di kelas, tetapi terutama masalah pembimbingan rohani yang kontinyu.
Seorang katekumen yang sejak awal hingga akhir pendampingan tidak mengalami perubahan dalam hidupnya, jelas tidak bisa dibabtis betapa pandainya dia! Perkembangan iman katekumen itu menjadi tanggung jawab wali babtis. Menjadi seorang wali babtis harus menerima pembekalan selama satu tahun juga. Dan pada masa pengajaran dan pendampingan katekumen berlangsung, mereka masih harus menerima pembekalan materi setiap 2 minggu sekali oleh Pastor Paroki.
Dengan tertatih-tatih namun penuh ketekunan, para katekumen dinyatakan “layak” dipermandikan oleh Pastor Paroki. Selamat juga kepada para wali babtis, atas kesuksesannya membimbing para katekumen (seluruh katekumen bisa dibabtis, tak seorang pun yang tertinggal).
Selamat kepada ke 23 orang katekumen.
Gereja menunggu karya Anda semua.
Selamat Paskah 2011.
Sebelumnya pemazmur selalu serabutan, biasanya salah seorang dari anggota koor yang sedang bertugas. Mereka yang bertugas sebagai pemazmur pun jarang yang bersedia mengenakan pakaian pemazmur (jubah pemazmur).
Mazmur tanggapan sering kali dihilangkan dan diganti dengan lagu antar bacaan oleh koor. Bait pengantar Injil dibacakan oleh lektor atau oleh pastor, tidak pernah dinanyikan.
Kondisi itulah yang diubah oleh Pst. Bogaartz, osc, sejak lebih dari setahun yang lalu.
Pemazmur harus orang khusus yang ditugasi sebagai pemazmur dan bait pengantar Injil. Orang yang bertugas harus mengenakan jubah pemazmur, dan berbaris bersama petugas liturgi yang lain, dengan urutan barisan: Misdinar, Lektor 1, Pemazmur, Prodiakon, Lektor pembawa Kitab Suci, Frater/Diakon, Pastor.
Pemazmur harus sudah membaca dan paham akan bacaan pertama, bacaan kedua dan Injil. Pemazmur harus latihan sebelum tampil. Latihan diadakan setiap hari Selasa, pk. 18.30 – selesai. Jika tidak bisa latihan tidak boleh bertugas. Jika keadaan memaksa harus bertugas, maka harus hanya dibacakan, tidak boleh dinyanyikan.
Pemazmur tidak terlepas dari lektor. Ia adalah pewarta sabda, justru yang menjadi inti sabda pada hari itu. Maka tidak boleh main-main. Ia harus komit pada diri sendiri, serius dan disiplin tinggi.
Sayang sekali, banyak di antara pemazmur yang hanya bermodalkan senang, rela dan bersedia, sedangkan modal suara dan teknik menyanyikan mazmur dan bait pengantar Injil sangat minim.
Semoga banyak umat St. Laurentius yang berbakat turut menjadi pemazmur ini, sehingga suara barisan para malaikat Tuhan itu sungguh mengantar seluruh umat kepada Sang Sabda itu sendiri.
Kegiatan Seksi Pewartaan pada penghujung tahun 2010 ini datang bertubi-tubi, seolah mau dihabiskan dalam tahun ini juga. Tetapi tidak. Kegiatan seksi ini memang banyak.
Pelantikan Wali Babtis Gelombang II pada Sabtu sore, pagi harinya pemberian Sakramen Permandian kepada 12 anak (tingkat Sekolah Dasar) asuhan Sr. Priska, KSSY., dalam misa pukul 07.30, Minggu pagi, 19 Desember 2010.
Seperti susul-menyusul, katekumen gelombang kedua pun sudah hampir sampai pada penghujung tahap pertama. Sebentar lagi, pada awal Januari 2011, mereka sudah akan memasuki tahap kedua, dimana mereka akan belajar langsung bersama wali babtis mereka masing-masing. Oleh karena itu, para wali babtis pun perlu dipersiapkan dan dilantik terlebih dahulu.
Persiapan para wali babtis dan pembekalan baik pengetahuan maupun iman juga sudah dinilai cukup. Maka sudah waktunya mereka dilantik secara resmi di dalam ekaristi kudus. Pelantikan dilakukan oleh Pst. Yulius H.,OSC pada misa Sabtu sore, 18 Desember 2010.
Kepada para wali babtis juga diserah-terimakan 12 (dari total 14) orang calon katekumen yang bakal menjadi anak bimbing mereka. Selama satu tahun para wali babtis akan membimbing para katekumen, baik dalam bahan pelajaran, maupun dalam kehidupan rohani mereka.
Berbeda dengan peran wali babtis yang selama ini kita kenal, wali babtis yang sudah berjalan mulai awal tahun 2010 ini harus membimbing, mengajar dan mendampingi para katekumen setahun penuh, bahkan jika mungkin sampai masa mistagogi.
Seumur hidup paroki, mungkin baru kali ini misa terlambat sampai 1 jam lebih 15 menit. Misa yang rutin pada pk. 17.00, sore itu harus mundur sampai 18:15 karena menunggu Bapa Uskup yang terjebak kemacetan yang menggila di kota Bandung.
Tapi di balik itu semua, upacara pemberian Sakramen Penguatan berjalan dengan baik dan sukses. Ke 70 orang, baik yang SMP, SMA, Mahasiswa dan desawa umum puas menerima tanda kehadiran Roh Kudus di dalam kehidupan mereka.
Kurikulum baru bagi calon penerima Sakramen Penguatan tingkal SMP dan SMA yang baru memang membawa suasana segar. Selain alur tema yang mengalir dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir, juga metode katekese yang mengutamakan keterlibatan penuh para peserta sangat memuaskan mereka.
Pada kesempatan penerimaan Sakramen Penguatan tahun depan, kurikulum untuk mahasiswa dan dewasa umum pun akan dikaji ulang. Pak Iwan, Pak Is dan Bu Novi siap menggarap itu bersama sang gembala mereka, Pst. Bogaartz, OSC.